Minggu, 03 April 2016

SANDEQ

Perahu Sandeq, Mewakili Semangat Bahari Suku Mandar di Anjungan sulawesi Barat TMII


JUMAT, 25 MARET 2016
Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : Fadhlan Armey /  Sumber Foto: Miechell Koagouw


TMII JAKARTA --- Dengan Mamuju sebagai Ibukota Provinsi, maka Sulawesi Barat, seakan sedang meretas jalan dari kejayaan masa lampau untuk menuju tingkatan berikutnya, melalui promosi industri pariwisata ke mancanegara.
Replika Rumah Adat Mandar, sebagai bangunan utama Anjungan Provinsi Sulawesi Barat TMII

Ciri khas dan keunikan Busana adat tradisional laki-laki Mandar yang dibuat dari bahan kulit kayu didampingi keanggunan busana adat tradisional wanitanya yang mempesona


Provinsi hasil pemekaran dari Sulawesi selatan ini sangat serius mengembangkan setiap potensi wisata yang ada di daerah, ini adalah wujud keinginan masyarakat Sulawesi barat agar dikenal luas sampai ke mancanegara.

Anjungan Sulawesi Barat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) diresmikan pada tanggal 18 April 2009 oleh Gubernur Sulawesi barat, Drs.H.Anwar Adnan Saleh. Suku Mandar merupakan penghuni terbesar di Provinsi Sulawesi barat, sehingga bangunan utama anjungan mengambil bentuk replika Rumah adat Mandar yang merupakan rumah panggung dari kayu dengan bagian teras bernama 'lego-lego'. Semakin tinggi kolong rumah panggung menandakan tingkatan sosial penghuninya. Keunikan Rumah adat mandar (rumah mamuju) ini adalah anak tangganya semua berjumlah ganjil.

Walau hanya sebuah replika, namun masuk ke dalam ruangan anjungan membuat pengunjung seperti merasakan suasana rumah adat Sulawesi barat di daerah asalnya. Temaram cahaya yang berasal dari ornamen lampu gantung di tiap balok kayu utama berhasil mengeksploitasi keingintahuan pengunjung mengenai apa saja isi yang ada di dalam anjungan.

Saat masuk dari pintu depan, pengunjung disambut deretan diorama pakaian adat tradisional khas Sulawesi Barat yang unik dan indah. Salah satu keunikan pakaian adat tradisional yang ada diantara deretan diorama tersebut adalah pakaian adat tradisional pria Mandar yang terbuat dari kulit kayu, bersanding gagah dengan sang wanita yang menggunakan ikat kepala dengan rambut yang terurai indah. Warna yang mendominasi busana adat Sulawesi barat adalah hitam serta warna-warna cerah lainnya seperti ; merah, kuning, krem, hijau, oranye, ditambah renda warna keemasan dipadukan dengan kain sarung tenun sekomandi dan kain sutera mandar.

Pengunjung dapat mengenal lebih dekat provinsi Sulawesi barat dengan membaca sedikit sejarah provinsi yang terdiri dari 6 (enam kabupaten/kota), yakni :

1. Kabupaten Mamuju, berbatasan di wilayah timur dengan kabupaten Luwu utara Sulawesi selatan dan bagian barat yang berbatasan dengan Selat Makassar, inilah yang menjadikan Mamuju memiliki nilai strategis sebagai salah satu daerah penghubung dengan Provinsi tetangga. Didominasi daerah lereng dan curam menjadikan topografi Mamuju bervariasi, mulai dari datar, landai, hingga curam. Mamuju memiliki sebuah bandar udara yang diberi nama Pelabuhan udara Tampapadang yang melayani penerbangan Mamuju-Makassar dengan frekuensi penerbangan setiap hari. Obyek wisata Kabupaten Mamuju sebagian besar diwakili oleh wisata air terjun, pantai, dan danau.

2. Kabupaten Mamuju Tengah, adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju tahun 2012. Memiliki nilai tambah sebagai jalur lintas transportasi darat menuju Makassar (Sulawesi Selatan) dan Palu (Sulawesi Tengah) melalui Jalan Trans Sulawesi Lintas Barat. Topografi daerah ini sama dengan Kabupaten Mamuju. Potensi obyek wisata nya sudah ada namun membutuhkan pengembangan yang lebih maksimal, seperti kawasan perbukitan karang, air terjun, dan wisata laut.

3. Kabupaten Mamuju Utara, dimekarkan dari Kabupaten Mamuju tahun 2001. Kabupaten Mamuju utara berbatasan darat dengan Kabupaten Donggala (Provinsi Sulawesi Tengah) serta berada di garis pantai pesisir barat Selat Makassar. Obyek wisata yang dikembangkan disana sama dengan Mamuju dan Mamuju Tengah.

4. Kabupaten Polewali Mandar atau disingkat Polman, hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2004 untuk masuk secara administratif ke wilayah Sulawesi Barat. Berbatasan dengan Kabupaten Pinrang di sebelah timur, Kabupaten Majene di sebelah barat, dan Selat Makassar di selatan. Kekayaan alam maritim dan kekayaan alam pedalaman memberikan perbedaan corak kehidupan tersendiri antara masyarakat yang berdiam di pesisir dan pedalaman. Obyek wisata ritual, wisata agro, arkeologi, dan kuliner coba ditingkatkan oleh pemerintah provinsi Sulawesi barat dalam upaya memberi pemasukan devisa daerah yang signifikan dengan perkembangan masyarakatnya.

5. Kabupaten Majene, merupakan wilayah perbukitan dengan sebagian kecil dataran yang merupakan daratan di pesisir pantai yang berhubungan langsung dengan Teluk Mandar. Daerah ini merupakan pintu lalu lintas laut ke provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur melalui Pelabuhan Palipi di kecamatan Sendana serta melalui Pelabuhan Majene di Kecamatan Banggai.

6. Kabupaten Mamasa, merupakan pemekaran dari Kabupaten Polewali Mamasa yang memiliki perbatasan wilayah utara dengan Kabupaten Mamuju, selatan dengan Kabupaten Polewali Mandar, dan di timur dengan Kabupaten Tana Toraja serta Kabupaten Pinrang (Sulawesi selatan). Secara topografi, hampir seluruh wilayah Kabupaten Mamasa adalah kawasan dataran tinggi atau pegunungan dengan kontur berbukit-bukit. Kabupaten Mamasa merupakan dataran hijau dengan curah hujan yang lebat. Nama Mamasa (Mamase) berasal dari kata Mamasanese yang artinya 'pesona cinta' atau juga biasa disebut masyarakat setempat dengan 'lembah yang indah'.

Anjungan Sulawesi barat juga dilengkapi dengan berbagai diorama, foto abadi, dan replika serta miniatur menarik beragam benda budaya lain dari daerah ini. Diantaranya adalah pelaminan tradisional kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Sulawesi barat. Mempelai duduk di atas pelaminan didampingi sepasang anak kecil di sisi kanan dan kiri sambil menikmati sajian makan di atas perabotan makan berbahan tembaga dan kuningan dan ada pula yang berlapiskan emas.
​​Miniatur Perahu Sandeq yang mewakili warisan budaya bahari Masyarakat Mandar sebagai pelaut ulung dan pemberani
Warisan budaya Bahari Suku Mandar Sulawesi barat di anjungan Sulawesi barat adalah Perahu Sandeq, yakni sejenis perahu layar bercadik (layar segitiga) yang mengandalkan arah angin dalam pelayaran mengarungi lautan luas. Suku Mandar dikenal sebagai pelaut-pelaut ulung pemberani yang siap menerjang badai ombak sekaligus dalam melaut. Kerajinan tangan berupa ukiran dari kayu, ukiran kaligrafi islam, kain tenun, kain sutera mandar, serta berbagai replika barang-barang tradisional khas Sulawesi barat mewakili ciri khas kebudayaan Suku Mandar dapat disaksikan didalam anjungan dengan seksama.

Dari semua yang ada didalam Anjungan Sulawesi barat, kenyataan bahwa Suku Mandar merupakan para pemberani ditengah lautan membuat pengunjung akan semakin meyakini sekaligus menyadari bahwa Bangsa Indonesia harus merasa bangga sebagai negara sekaligus bangsa maritim terbesar di dunia.
PT. Media Cendana Nusantara | Cendana News Mengawal Kedaulatan Bangsa
Ads by Lights%20Cinema%201.5beta
X | i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Vistanaya Ocha On Air