Minta Dukungan AS
Jokowi Rusak Nasionalisme Bung Karno
Capres PDIP Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden RI pertama Ir. Soekarno - (Foto: inilahcom/ist)
Oleh: Bayu Hermawan
nasional - Selasa, 15 April 2014 | 11:25 WIB
INILAHCOM, Jakarta - Pengamat menilai langkah Ketua Umum
PDIP Megawati Soekarnoputri dan Capres PDIP Jokowi, bertemu Dubes AS
untuk membahas masalah Pilpres sangat tidak pantas.
Pengamat politik Universitas Indonesia Agung Suprio menilai, dengan bertemu Dubes AS, maka Megawati dan Jokowi melakukan tiga kesalahan fatal. Kesalahan pertama adalah pertemuan itu sangat bertentangan dengan ideologi yang selama ini diusung dan dibangga-banggakan PDIP.
"Ideologi PDIP sangat identik dengan Nasionalisme Bung Karno yang tidak mau didikte oleh bangsa asing. Sekarang Mega-Jokowi justru menyerahkan leher partai ke bangsa asing," tegasnya, Selasa (15/4/2014).
Agung melanjutkan, kesalahan lain adalah dari positioning. Selama ini PDIP selalu menampilkan diri menjadi partai yang bersikap berseberangan (oposisi) dengan kebijakan penguasa, yang notabene presidennya berkiblat ke Amerika. Namun dengan pertemuan itu, seolah PDIP menjilat ludahnya sendiri.
"Sebab sekarang PDIP justru partai yang pertama berkiblat ke Amerika untuk membahas Cawapres," ucapnya.
Kemudian Mega-Jokowi juga melakukan blunder pencitraan. Ia menilai Timses Capres-Cawapres PDIP tidak memiliki sensitifitas politik Indonesia yang khas, dimana hal-hal yang vulgar diatas semestinya tidak perlu diblow up media.
"Saya tidak mengatakan bahwa tim ini bekerja amatir. Tetapi tim ini harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang politik Indonesia yang khas. Dengan tiga blunder ini maka orang-orang ideologis seperti orang-orang PNI lama di republik ini bisa jadi akan menggeser pilihannya dalam pilpres." tandasnya.[bay]
Pengamat politik Universitas Indonesia Agung Suprio menilai, dengan bertemu Dubes AS, maka Megawati dan Jokowi melakukan tiga kesalahan fatal. Kesalahan pertama adalah pertemuan itu sangat bertentangan dengan ideologi yang selama ini diusung dan dibangga-banggakan PDIP.
"Ideologi PDIP sangat identik dengan Nasionalisme Bung Karno yang tidak mau didikte oleh bangsa asing. Sekarang Mega-Jokowi justru menyerahkan leher partai ke bangsa asing," tegasnya, Selasa (15/4/2014).
Agung melanjutkan, kesalahan lain adalah dari positioning. Selama ini PDIP selalu menampilkan diri menjadi partai yang bersikap berseberangan (oposisi) dengan kebijakan penguasa, yang notabene presidennya berkiblat ke Amerika. Namun dengan pertemuan itu, seolah PDIP menjilat ludahnya sendiri.
"Sebab sekarang PDIP justru partai yang pertama berkiblat ke Amerika untuk membahas Cawapres," ucapnya.
Kemudian Mega-Jokowi juga melakukan blunder pencitraan. Ia menilai Timses Capres-Cawapres PDIP tidak memiliki sensitifitas politik Indonesia yang khas, dimana hal-hal yang vulgar diatas semestinya tidak perlu diblow up media.
"Saya tidak mengatakan bahwa tim ini bekerja amatir. Tetapi tim ini harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang politik Indonesia yang khas. Dengan tiga blunder ini maka orang-orang ideologis seperti orang-orang PNI lama di republik ini bisa jadi akan menggeser pilihannya dalam pilpres." tandasnya.[bay]
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis setiap pagi
di sini
atau akses mobile langsung http://m.inilah.com via ponsel dan Blackberry !.
Kini hadir www.inilah.com di gadget Anda , dapatkan versi Android di Google Play atau klik http://ini.la/android
dan versi Iphone di App Store atau klik http://ini.la/iphone
3 Komentar
Indra
Selasa, 15 April 2014 | 14:30 WIB
Menangis Bung Karno di kuburannya, liat anaknya sama
capresnya menemui Dubes amerika, padahal Sukarno dulu menghardik
Presiden AS Eisenhower "Go to hell with your aid!", dan memutuskan
hubungan diplomatik krn amerika ingin mendongkel Sukarno krn tdk mau
dijadikan boneka, sekarang anaknya yg malah menghamba kpd Amerika dan
menyodorkan boneka Jokowi, kalo Jokowi terpilih Indonesia makin hancur
Ratu
Selasa, 15 April 2014 | 14:10 WIB
Jangan cepat menuduh yang bukan-bukan.
Isi pembicaraannya apa pun belum tahu.
Bertemu bukan berarti bisa didikte.
Justru lawan harus ditemui u/ menggali dan mencari tahu maksud tersembunyinya.
Jadi gak usah repot.
utama
Selasa, 15 April 2014 | 11:43 WIB
Yang milih jokowi jelas masyarakat yang punya mental budak jajahan. Itu aja kok repot!
Kirim Komentar
BERITA LAINNYA
BERITA POPULER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar