Minggu, 30 Maret 2014

KISAH ADAM DAN HAWA.

KISAH ADAM DAN HAWA.

Jika aka kisah paling dramatis yang menembus seluruh zaman dan dikenal seluruh ummat manusia di dunia, dibahas oleh orang awam, diperdengarkan di majlis-majlis keagamaan, dianalisis para filosof dan di tulis di berbagai Kitab Suci, maka itu adalah kisah Adam dan Hawa. Nenek moyang kita. Mengapa kisah ini menjadi begitu sangat penting? Jelas, kita tidak sedang membayangkan kisah cinta Shakespeare, bukan pula Galih dan Ratna. Kita tengah mencongak bagaimana Tuhan mendiktekan kepada kita simbol-simbol pengajarannya melalui kisah yang berhubungan dengan Adam dan Hawa beserta segala yang terlibat; Malaikat, Iblis, dan anak-anak Adam Hawa. Tentu saja ada banyak interpretasi, dan interpretasi bisa terwujud sebatas kemampuan kita mempersepsi.



Kisah bermula dari perintah Tuhan kepada para Malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka, kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir (2:34). Diceritakan bagaimana pembangkangan Iblis itu karena ia merasa lebih tinggi. Lebih mulia dari Adam. “Aku diciptakan dari api, sedang Adam dari tanah, Api lebih mulia dari tanah!” Pelajaran apa ini buat kita? Yang pertama adalah Kesombongan (dengan membanding-bandingkan atau merasa lebih mulia). Yang kedua adalah Kebodohan, karena ketika iblis berkata: “Ia dari tanah” menandakan ia tidak melihat sisi lain dari Adam yaitu Ruh. Disini Iblis, digambarkan Rumi sebagai makhluk bermata satu yang hanya mampu melihat segi lahiriah Adam. Atau Iblis adalah makhluk yang “memandang sebelah mata” kepada Adam.

Ringkas cerita, selanjutnya, karena Adam tengah kesepian, Tuhan lalu menciptakan Hawa sebagai pasangannya dari tulang rusuknya sendiri. Keduanya hidup tentram di surga. Dan kini kita membayangkan betapa tentramnya hati hidup bersama si lemah gemulai; perempuan penentram hati. Tuhan berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istri kamu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai. Dan janganlah kamu dekati pohon ini, karena akan menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim” (2:35)



Dengan kata lain Adam dan Hawa boleh makan apa saja selain yang satu itu; khuldi atau apel. Iblis atau Ular datang menggoda Adam dan tidak berhasil, kemudian membujuk si perempuan; Hawa yang kemudian tergiur dan lalu memperdaya Adam dengan rayuan dan lemah gemulainya hingga keduanya melanggar aturan surga. Disini kita menuduh perempuan menjadi biang kerok bagi setiap pelanggaran. Dan perempuan, baginya hukuman dan penghinaan yang lebih besar, sebab dialah yang telah memperdaya Adam dengan kecantikkan dan pesonanya dan dialah yang telah bersekutu dengan setan—suatu persekutuan yang tidak dapat diimbangi oleh Adam.



Dialah yang telah mengotori kesucian Adam dan menyingkapkan kelemahannya. Karena itu dialah yang akan merasakan sakit dan berdarah-darah setiap bulan. Dialah yang akan menjerit dalam keperihan melahirkan. Dialah yang akan menanggung lebih berat kehinaan dan pekerjaan rutin yang membosankan. Karena itu laki-laki diberikan wewewnang untuk memimpinnya, sekalipun faktanya dia jelas lebih cerdik daripada laki-laki.



Segera setelah diusir dari surga, di bumi Adam Hawa dikarunia anak-anak; Qabil dan Habil. Diantara kedua saudara ini dikemudian hari bertikai. Qabil dengki pada adiknya Habil, karena tongkat kepemimpinan (agama) diwariskan kepada Habil. Dan Qabilpun membunuh Habil.

Barangkali Anda lebih familiar dengan cerita versi lainnya dimana pertengkaran Qabil dan Habil disebabkan oleh perempuan. Kalau Anda setuju pada informasi terakhir ini, lagi-lagi perempuan menjadi titik persoalan, dan anak-anak Adam berselisih hanya gara-gara perempuan. Ini seperti orang-orang di Bar yang seringkali berkelahi gara-gara memperebutkan perempuan. Terserah Anda percaya pada kisah yang mana. Saya lebih yakin pada yang pertama dengan berbagai alasan sebagaimana Anda juga punya alasan bilamana memilih yang kedua.



Yang ingin dikemukakan disini adalah bahwa kisah-kisah ini memberikan gambaran tentang persoalan-persoalan pertama ummat manusia yang harus kita ambil sebagai pelajaran, yakni: Kesombongan dan Kebodohan Iblis, Keserakahan Adam, dan Kedengkian Qabil. Inilah beberapa persoalan utama yang melahirkan dosa dan kejahatan berikutnya dan melebar kemana-mana. Ada filsuf yang menterjemahkan kisah ini sebagai lambang bagi “Tiga dosa” pertama; yakni Kesombongan (Iblis), Keserakahan (Adam) dan Kedengkian (Qabil).



Sebetulnya ini menggambarkan kenyataan kehidupan kita; kita mewarisi tiga sifat ini sehingga dari sini kita menciptakan dosa-dosa berikutnya. Karena sombong kita menindas yang lain dan menjadi musyrik. Karena serakah kita merugikan yang lain dan menjadi egois. Karena dengki, kita menghasut dan memfitnah sampai membunuh dan sebagainya. Karena, karena dan karena maka, maka dan maka !

Sudah nampak pada kita bagaimana perempuan menjadi korban dari beberapa penafsiran diatas. Tak pelak lagi perempuan menjadi sumber huru hara sampai-sampai dihubungkan dengan sakitnya melahirkan, datang bulan, dan pekerjaan rutin yang membosankan yang semuanya digambarkan sebagai hal-hal yang negatif. Saya dulu menganggap tafsiran-tafsiran ini benar, hanya karena memahami ayat-ayat Tuhan dari ungkapan-ungkapan lahiriah dan tidak memaknainya dalam skala yang lebih luas. Tetapi saya berfikir, betapa kejamnya Tuhan terhadap perempuan. Cara ini akan mengakibatkan perempuan menjadi makhluk kelas dua dan setiap laki-laki akan meremehkan perempuan. Celakanya banyak perempuan menerima nasibnya atas penafsiran ini bahwa kaumnya sumber malapetaka. Ini bukan saja tidak adil, tetapi juga bertentangan dengan keseluruhan ciptaan.





Kawan, sesungguhnya kesempurnaan laki-laki adalah perempuan dan begitu sebaliknya. Alam ciptaan dibentuk melalui polarisasi laki-perempuan. Bahkan diri kita terdiri dari badan dan ruh (negatif-positif). Kita mengenal dalam teori adanya dualitas Ilahi, yakni aspek laki-lakinya dan aspek perempuannya, Sifat-sifat dan Nama-nama-Nya; laki-perempuan, laki-perempuan. Pada tradisi kearifan Pria disimbolkan esensi keberadaan dan wanita dilambangkan manifestasi keberadaan. Dalam perhitungan mistik Pena adalah pria, Lembaran adalah wanita.

Kalau kita merujuk kepada Al Qur’an, sebagaimana ayat-ayat yang telah dikutipkan, maka saya ingin mengajukan dulu bahwa Al Qur’an, menurut Imam Ja,far senantiasa mengajarkan dengan empat cara; ungkapan, kiasan, kehalusan dan hakikat. Ungkapan untuk orang awam, kiasan untuk orang pilihan, kehalusan untuk para wali dan hakekat untuk para nabi. Oleh karena itu kita bisa melihat makna-makna batin ayat (yang kadang memberikan makna yang terbalik dari ungkapan lahirnya) atau melihatnya sebagai simbol-simbol untuk sesuatu hal. Pada ayat yang lain kita temukan bahwa keduanya diciptakan dari jiwa yang sama. Dalam Genesis kita baca Tuhan menciptakan perempuan dan laki-laki, tetapi kita juga membaca Hawa diciptakan dari Adam. Teka-teki apa ini semua?



Bagi Lynn Wilcox, Adam dan Hawa disini adalah simbol. Pria dan wanita berasal dari sumber yang sama, dari esensi yang secara simbolis dikenal sebagai Adam. Setiap manifestasi fisik, pria dan wanita, perempuan dan laki-laki, adalah Hawa, diciptakan dari esensi ini (Adam). Esensi ini adalah manifestasi fisik, kehidupan selular baik pria maupun wanita dilambangkan oleh Hawa yang telah diperdayakan oleh Setan (Ular). Jadi bukan hanya perempuan yang dapat diperdaya oleh setan. Dengan demikian, berarti juga keberadaan fisik baik pria atau wanita haruslah dihormati, keduanya mempunyai kualitas dan kapabilitas yang sama untuk menghasilkan pengetahuan dan merasakan pengetahuan. Dengan saat bersamaan yang terpedaya oleh setan adalah laki-laki dan perempuan sehingga tidak lagi bisa disimpulkan perempuan sebagai pembawa malapetaka. Tetapi mengapa ada bukti diskriminasi Tuhan terhadap perempuan ketika mereka dilarang sembahyang, berpuasa atau menyentuh kitab suci dalam keadaan haid? Jawab saya, itu bukan diskriminasi melainkan sebuah dispensasi dari Tuhan, sebagaimana anak-anak suci murni tidak diwajibkan sembahyang dan puasa.

Lalu mengapa perempuan dihukum mengahadapi pekerjaan rutin dirumah yang membosankan? Agama tidak melarang perempuan untuk berkarir di luar rumah, dan berada di rumah, melindungi harta, melindungi dan membmbing anak-anak dan mengurus rumah adalah pekerjaan-pekerjaan yang menciptakan kehidupan surgawi di dunia. Melahirkan yang menyakitkan sebuah siksa? Tuhan lebih memilih perempuan untuk melahirkan ketimbang laki-laki, karena disanalah Dia menunjukkan ***
— bersama Eno El Fadjeri dan 34 lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Vistanaya Ocha On Air